Jumat, 22 Juli 2016

Sentuhan Teknologi "Chek Clock", Madrasah Lebih Baik Terus

Penulis: Nur Aslih*

Ada suasana berbeda dalam lingkungan Madrasah di Kabupaten Bojonegoro pada awal dimulainya kegiatan belajar mengajar tahun ajaran 2016/2017 ini, khususnya pada Madrasah kami mengabdi yakni MTs. Bahrul Ulum yang terletak di Desa Bulu Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro ini. Suasana berbeda tersebut yakni adanya kesibukan baru yang dialami oleh segenap dewan guru yang selama hal ini belum pernah dialami pada tahun ajaran sebelumnya, yakni absensi secara digital dengan alat bantu yang didistribusikan oleh distributor melalui Kakandepag Bojonegoro.

Sebagian guru di madrasah kami menyebut  alat yang digunakan absensi digital yang berbentuk persegi dengan diameter kira-kira 20 cm x 20 cm dengan tebal 10 cm adalah dengan sebutan "Finger Print", meski sampai saat ini kami belum mengerti apakah nantinya alat ini bermaksut mencetak jari atau tanda jari-jari kami selama periode tertentu atau yang lain. Atau mengambil istilah lain yang disampaikan juga oleh sebagian teman guru juga bahwa alat tersebut merupakan "chek clock" yaitu sebuah alat absensi kehadiran yang mengecek kesesuaian akan kedisiplinan kita sebagai guru terhadap tanggung  jawab tugas mengajar di Madrasah kita.

Tentunya apapun namanya alat tersebut, sejatinya telah mempengaruhi tingkat kedisiplinan guru untuk berangkat lebih pagi dan pulang sesuai jadwal waktunya dan boleh lagi terkadang juga lebih dari waktu yang tertulis dijadwal hanya untuk menunggu waktu "chek clock" nya.

Mengamati akan gejala perubahan tersebut sejatinya ada pergeseran pola pikir bahwa sejatinya teknologi lebih bisa menjamin keakuratan perekaman absensi tersebut untuk lebih bisa dipertanggung jawabkan dalam hal pemenuhan kewajiban masing-masing guru untuk nantinya diseimbangkan dengan pemenuhan hak yang semestinya diperoleh melalui gaji atau tunjangan profesi.

Akan tetapi teknologi tetap teknologi, teknologi adalah rangkaian elektornik yang pasti apabila kita tidak menggunakan sesuai prosedur yang benar maka dapat dipastikan sebentar atau lama barang elektronik tersebut akan mengalami aus atau rusak juga, hal ini akan menjadi masalah ketika dengan pola pikir yang dibangun sebelumnya bahwa proses "chek clock" adalah satu-satunya absensi di Madrasah.

Dan lagi, tingkat satuan pendidikan tidak mesti gagap menghadapi teknologi semacam ini sebenarnya, bahwa madrasah yang mengembangkan Perpustakaan nya secara digital dan lebih tepatnya  yang pernah "bermain" dengan aplikasi visitor conter yang ada di aplikasi Perpustakaan berbasis OpenSource semacam Senayan Library Automation (SlimS), Mereka justru paham bahwa visitor counter atau pencatat kehadiran siswa didik dan keluarga madrasah yang masuk di perpustakaan akan dapat dilihat secara langsung dalam laporan harian, bulanan, maupun rekap tahunan dengan diformasikan secara tabel dan diagram secara jelas. Sehingga proses evaluasi dalam rangka menentukan kebijakan pengembangan perpustakaan lebih mudah.

Oleh karena hal tersebut, sangat besar harapan bahwa dengan sentuhan teknologi "chek clock" yang ada ini dapat meningkatkan kedisiplinan guru dan karyawan untuk lebih benar-benar mengajar dan bekerja secara ihlas lebih terstruktur pada perencanaan pembelajaran siswa.

Dan di akhir kata tentu kami akan memberikan catatan untuk dari apa yang kami nilai secara kasat mata tersebut:

1. Madrasah perlu memback up data absensi secara manual karena saya tidak tau apakah proses   akreditasi madrasah nantinya juga akan dilakukan secara digital tanpa selembar berkas pun yang dinilai.

2. Kita tidak perlu gagap dengan adanya teknologi, kita mengajar dengan ihlas tanpa mengorbankan perasaan bahwa "chek clock" seakan menjadi penjara baru bagi guru untuk mengikuti pelatihan-pelatihan pengembangan diri yang berguna bagi kemajuan siswa dan umumnya bagi pendidikan secara nasional.

3. Ayo kita manfaatkan teknologi dengan sebaik-baiknya untuk kemajuan bersama, untuk menunjukan bahwa sesuai dengan slogan kita bahwa Madrasah Lebih Baik. Dan terakhir,

4. Sudahkah anda "chek clock" hari ini? Ah saya sudah.


*Guru mapel TIK dan sekaligus Kepala Bahrul Ulum Library

Rabu, 20 Juli 2016

Berinternet Sehat, KAMI BISA..!!!

Foto : Ilustrasi Internet Sehat RTIK Bojonegoro

Dalam perkembangan zaman yang semakin maju di pertengahan 2016 ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mengalami perkembangan yang sangat cepat, bahkan boleh dibilang zaman dulu dan zaman sekarang memang sudah berubah. Tingkah polah prilaku anak dan remaja semakin banyak dipengaruhi dunia digital yang semakin akrab dengan lingkungan kita. sebut saja acara-acara televisi, dunia telekomunikasi, dan yang tidak asing ditelinga kita tentu ada sebuah dunia baru yang hadir yang datang secara pasti dan mutlak tidak dapat dihindari oleh para remaja dan anak-anak masa kini yakni dunia Internet, atau biasa disebut dunia maya.

Pertanyaannya seberapa besar pengaruh Internet bagi perkembangan manusia masa kini? apa manfaat dan bahayanya internet bagi remaja dan anak-anak? dan bagaimana kita sebagai sebagai orang tua menyikapi?

Internet mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam revolusi digital masa kini, dia sekejap mata menjelma menjadi kekuatan super yang mampu menggerakkan interaksi data antar manusia secara cepat dan tepat, dan sebut saja Facebook, BBM, WhatSapp, Instagram, Youtube dan lain sebagainya merupakan suatu layanan yang berbasis internet. bahkan kalau Jaringan Internet sendiri itu tampak bisa dilihat oleh mata, bisa menjadi kemungkinan akan menjerat aktifitas kita keseharian.
Akan tetapi yang perlu diingat bahwa setiap benda yang diciptakan didunia pasti dan pasti mempunyai kemanfaatan dan kemudharatan, tak terkecuali Internet sendiri yang merupakan semacam pisau bermata ganda yakni tajam ke posifit dan tajam ke negatif.

Oleh karenanya kewaspadaan dan sikap persuasif harus selalu kita hidupkan oleh kita sebagai orang tua, guru di kependidikan, dan sekalipun sebagai pengguna tingkatan terendah baik itu tua, muda, remaja, atau bahkan anak-anak yang sekarang telah akrab dengannya tersebut. Bahwa mesti kita sadari dengan benar bahwa Internet tidak akan berbahaya selagi kita menggunakan dengan benar, kita gunakan dengan santun dengan budaya ke Indonesiaan kita, kita gunakan juga tentunya dengan tidak bertentangan denan nilai-nilai keagamaan yang merupakan pedoman tertinggi dalam hidup yang akan menjadi benteng terakhir bagi diri manusia.

Dari inilah saatnya kita goreskan kembali bahwa perbaikan lingkungan adalah masalah kita bersama, dengan senantiasa mengembalikan penanaman akhlak dalam segala tingkatan, pendampingan dalam bimbingan remaja secara aktif dan masif, untuk sadar bahwa Penggunaan Internet Sehat yakni secara cerdas, Kreatif dan Produktif akan mampu membawa prestasi dan perubahan yang positif dan. dan sebaliknya bahwa penggunaan Internet secara Negatif seperti halnya pornografi,  penipuan dan penyimpangan lain hanya akan membawa kita semakin dekat dengan jurang kehancuran yang pada akhirnya mereka akan sadar dan bicara "penyesalan itu memang ada dibelakang".

#PraytoAmalia
#SaveInternetSehat
#desabuluhebat